Saya benar benar bingung harus apa lagi. Keterpaksaan sudah mengiringi langkah saya. Keterpaksaan untuk hidup,bahkan.
Saya menghabiskan 3 tahun masa SMA yang tidak saya inginkan dengan cara tolol,menginjak nilai dan mengubur reputasi. Menjadi semi-anti-sosial ,wanita bermulut kotor,tidak ber etika,merusak diri,memanggil penyakit yang lama mati,berpikiran keji dan negatif. "Tolol,dungu,lamban" sudah menjadi panggilan akrab buat saya. Mengingat masa masa sd-smp yang jernih,bahagia,ironis jika kalian-teman masa kecil tau apa yang terjadi di usia saya yang ke 16 sampai 18 tahun.
Ini semua bentuk protes pada keadaan. Saya lelah. Dan walau ini salah,ini adalah bentuk protes paling menyenangkan yang pernah saya alami.
Saudara? Keluarga? Persetan dengan itu semua, hampir tidak satupun saudara yang 'enjoy' pada keluarga kecil saya.
Keluarga bukan lagi rumah buat saya. Mendengar suara ayah saya sja saya bisa menangis.Ibu saya sibuk,aneh,terlalu agamis,adik saya tidak peduli satu sama lain.
Ayah saya satu satunya orang yang senyum setiap pulang kerumah.Dengan kakinya yang rapuh,dengan jari jarinya yang tidak dapat menjangkau.Dengan luka dalam dari hati kecilnya.
Kini saya berkuliah di salah satu sekolah animasi yang tidak terkenal. Itupun karna terpaksa,dan beasiswa yang saya terima membuat keluarga kecil saya merasa sedikit ringan. Jujur,saya tidak sama sekali tertarik untuk menjadi animator. Lalu kenapa saya sekolah disini?
Karna keluarga besar saya mendesak saya untuk setuju.
Saya menyukai desain, dan sering menonton kartun. Bukan berarti saya MAU jadi animator. Saya mau jadi desainer,bukan animator.
Saya muak, mereka,para awam, setiap saya sedikit bercerita tentang keinginan saya mereka hanya merespon "looh kan kamu minta begitu,giliran dikasih kok malah nolak,gak konsisten"
For god's sake.
SAYA TIDAK PERNAH SAMA SEKALI BILANG UNTUK MINTA JADI ANIMATOR.
Saya memang bilang mau bersekolah disitu,tapi saya tidak pernah minta. Sekalipun. Saya hanya kasian pada kalian yang sudah payah memaksa saya.
Sekarang saya tinggal di kos bersama 2 sepupu saya yang kerja di daerah sini. Bukan kos sih,lebib mirip kontrakan per petak kamar yang kumuh,menjijikkan,laki laki semua,tapi murah. Beruntung saya di izinkan untuk merombak kamar. Bahkan mengecat nya semau saya,kamar sepupu saya pun bagai surga dunia,semua hello kitty dan pink.
Mirisnya,saya tak punya cukup uang bahkan untuk membeli kasur. Secara pribadi,saya lebih menyukai hobby saya dan membeli cat minyak dibanding beli kasur.
Sekarang saya benar benar pasrah,jalani seadanya,santai sebisanya tanpa perlu banyak berserius karna ini masih dalam bentuk protes saya.